"Sial! Hari ini aku kena hukuman lagi", rutuk Nima kesal. Entah sudah berapa kali ia mendapat hukuman di minggu ini.
"Kan ibu sudah bilang, persiapkan semuanya di malam hari. Supaya tidak ada yang lupa dibawa"
"Ah ibu bukannya membela malah ikut memarahi", pikir Nima semakin kesal saja.
"Dan jangan lupa, kamu buat catatan barang apa saja yang harus dibawa", lanjut ibu.
"Ya, Bu...", kata Nima akhirnya. Seakan malas menanggapi ibunya yang terus-menerus menasehati.
"Ah.. anak ini, kalau diberitahu pasti seperti itu. Lihat saja, esok juga kena hukuman lagi", batin Ibu. Agak jengkel dengan sikap Nima.
Keesokan harinya, benar saja Nima terlambat bangun tidur. Dengan terburu - buru Nima pun bersiap kemudian langsung berangkat ke sekolah. Sesampainya di sana, bel tanda masuk ternyata telah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Nima pun bergegas masuk ke dalam kelas.
"Maaf, Bu... Nima telat."
"Ya, tidak apa-apa. Lain kali jangan diulangi. Langsung kumpulkan PR Matematikamu saja, Nima."
Nima pun mencari buku PR Matematika di dalam tasnya. Namun ternyata yang dibawanya malah buku PR Bahasa Indonesia. "Aduh, bagaimana ini?", pikir Nima bingung.
"Bu, maaf... Nima sudah kerjakan tapi Nima lupa bawa."
"Kamu ini... sudah telat, tidak bawa PR pula. Sudah sana duduk! Tapi selepas pelajaran, kamu harus menghadap ibu", perintah Bu Guru.
Akhirnya, Nima pun berjanji akan membereskan barang - barang di hari sebelumnya. Agar tidak ada yang terlupa dan mendapatkan hukuman lagi.
#Writober
#RBMIpJakarta
#Ibuprofesionaljakarta
Pas baca paragraf dua kok saya merasa jadi ibu itu yaa... hihi..
BalasHapusTerinspirasi dari ibu (ibu)ku memang mbakš¤
HapusEmang, sering kalo belum merasakan sendiri akibatnya belum kapok dan belajar *nunjuk diri sendiri, hheu
BalasHapusBener bgt mbaaa... aku jg suka rasainš¤£
Hapus