Who's Following Me?

Jumat, 19 Agustus 2011

Hanya Untukmu : Sebuah Kisah Perjuangan

“TEMBAAAAAKKKK” seru seorang lelaki.

JEDOOOOORRRRR!!!!!! JEDOOOOOOORRRRR!!!!! JEDOOOOOORRRRRR!!!!!!

“AAAAAAAKKKKHHHHH” rintih seorang tentara yang kemudian akan rebah ke tanah, tetapi ditahan oleh tentara lain, Sukarji.

“Lapor Jenderal! salah satu rekan kita tertembak!” ujar tentara itu. Kemudian tentara itu memapah rekannya ke dalam tenda, tempat dimana para perawat berada. Ia membaringkan rekannya itu di salah satu ranjang yang tersedia.

“Cepat tolong tentara ini” perintahnya kepada para perawat. Kemudian seorang perawat —Lastri —­­­ yang membawa kotak berisikan peralatan, menghampiri mereka.

“Apa yang terjadi?” tanyanya.

“Teman saya ini, Soekoco tertembak” ujar Sukarji.

Perawat itu mengeluarkan sesuatu dari kotak dan membisiki Sukarji.

Sukarji mengangguk pertanda setuju. Kemudian ia mengalihkan perhatian Soekoco, selama Lastri mengeluarkan peluru dari pahanya.

“AAAAAAAKKKKHHHHH” Soekoco mengerang dan kemudian tak sadarkan diri.

Lastri menjahit lukanya dan kemudian menutupnya dengan perban.

“KITA DISERANG!!!!” teriak seorang tentara yang berjaga di depan tenda.

“Bagaimana ini, Mas?” tanya Lastri panik. Lastri adalah seorang perawat yang baru saja bergabung dengan kelompok tentara ini, maka ia masih belum bisa beradaptasi dengan keadaan.

“Adek tenang saja, kita keluar sama-sama” bisik Sukarji.

“Tapi Mas? Bagaimana dengan Mas yang ini?” Lastri menunjuk Soekoco.

“Kita akan membopong dia bersama, mari Dek kita angkat dia”

Sukarji mengangkat tubuh Soekoco dari ranjang, kemudan Lastri memegangi kakinya yang terluka. Mereka berjalan kearah pintu belakang.

“Sebentar Dek, saya akan lihat keadaan dulu” Sukarji mengintip keluar tenda. “Aman, nanti kalau saya beri aba-aba kita lari” katanya tanpa suara. Dengan langkah pelan mereka keluar dari tenda itu. Terdengar derap langkah kaki yang sangat keras. TRAP… TRAP… TRAP… itu pasti kompeni, pikir Sukarji.

“Ono wong Londo… wong londo…1” mulutnya berucap tanpa suara.

“Bagaimana ini?” bisik Lastri lirih.

“Kamu kuat ndak membopong dia?”

“Insya Allah, kuat Mas”

“Baik, kamu bawa dia ke tempat aman, nanti saya akan menyusul”

“Tapi… Tapi…”

“Sudah, cepat sana kamu amankan dia dulu”

“Bbb…bbaaik… Mas”

Kemudian mereka berjalan ke arah yang berlawanan.

***

Sukarji pergi ke tempat dimana ia tadi mendengar derap langkah kaki tersebut. Ia siapkan senapannya, dan dengan perlahan ia berjalan. Suara itu membawanya ke tenda. Dari luar terdengar beberapa orang yang tengah berdiskusi dalam bahasa Belanda. Beruntung bagi Sukarji, karena ia pernah mempelajari bahasa itu. Maka ia mengerti, walaupun sedikit.

“Ik heb het gevoel dat er mensen zijn die er in Indonesie2” kata seorang tentara.

“Ik zou bestelde wat soldaten te bewaken. Zodat niemand ons horen3” ujar tentara lain.

“Jij, jij, en jij, bestelde ik deze tent net buiten. Laat niemand afluisteren ons gesprek. Als iemand weet, zal u afgesneden je hoofd4” perintahnya.

“Klaar voor commandant!!!5” teriak ketiga tentara tersebut.

Seketika Sukarji berpindah ke belakang semak-semak. Kemudian ia membalikan badan, bersiap untuk lari ke tempat perlindungan. Namun naas baginya, saat ia berbalik, seorang tentara Belanda telah berada di depannya.

“Indonesië gij volk! SHOOT6” serunya. Dan tersungkurlah Sukarji di kaki tentara itu.

***

5 hari kemudian….

Beberapa tentara memasuki tempat perlindungan itu. Lastri menghampiri salah satunya.

“Mas,mana Mas Karji? Mengapa beliau tidak ada disini?” tanyanya.

“Karji? Sukarji?” tanya tentara itu.

“Iya Mas, dia baik-baik saja kan?”

“Maafkan saya, Dek. Tapi saya harus mengatakan ini”

"Apa yang terjadi, Mas?”

“Sukarji telah tiada, tadi pagi kami menemukan jasadnya dan di saku seragamnya terdapat ini” tentara itu menyerahkan bungkusan yang telah terpercik darah. Lastri menerimanya. Dengan perlahan ia membukanya. Bungkusan itu berisi selendang dan sepucuk surat.

Teroentoek Lastri dimana poen engkaoe berada,

Moengkin saat kamoe membatja soerat ini, saja telah tiada. Tetapi saja ingin kamoe tahoe, bahwa saja sangat mentjintai kamoe.

Ini saja kembalikan selendangmoe, jang waktoe itoe kamoe pakai oentoek membaloet loekakoe.

Terima kasih.

Jang mentjintaimoe,

Soekarji7

Seketika itu juga jatuhlah air mata Lastri. Aku juga mencintaimu, Mas.... Karna itu aku akan memperjuangkan kemerdekaan negara ini. Untukmu.... hanya untukmu....

***

10 tahun kemudian....

"Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatna. jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05. Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta"

Terdengar suara lantang Soekarno dari radio tua milik Lastri. Aku persembahkan kemerdekaan ini untukmu, Mas. Hanya untukmu...

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keterangan

1 Ada orang Belanda… orang Belanda…

2 Aku merasa ada orang Indonesia di luar sana

3 Aku akan memerintahkan beberapa tentara untuk berjaga.Agar tidak ada yang mendengar pembicaraan kita

4 Kau, kau, dan kau, aku perintahkan untuk berjaga diluar tenda ini. Jangan sampai ada orang yang mencuri dengar pembicaraan kami. kalau sampai ada yang tahu, kepala kalian akan kupenggal

5 Siap komandan!!!

6 kamu orang indonesia! TEMBAK!

7 Teruntuk Lastri dimana pun engkau berada,

Mungkin saat kamu membaca surat ini, saya telah tiada. Tetapi saya ingin kamu tahu, bahwa saja sangat mencintai kamu.

Ini saya kembalikan selendangmu, yang waktu itu kamu pakai untuk membalut lukaku.

Terima kasih.

Yang mencintaimu,

Sukarji

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Theme Song

Dengan seluruh angkasa raya memuja

Pahlawan negara

Nan gugur remaja diribaan bendera

Bela nusa bangsa

Kau kukenang wahai bunga putra bangsa

Harga jasa

Kau Cahya pelita

Bagi Indonesia merdeka

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih untuk yang sudah membaca atau sekedar melihat tulisan ini.

Mari budayakan memberi apresiasi pada penulis dengan berupa sebuah komentar :)