Siang itu, matahari seperti malu-malu memancarkan sinarnya. Dan desiran angin menemani langkah kaki seorang gadis kecil. Tampak di belakangnya perempuan yang berusaha mengimbangi perjalanan si gadis. Wajah mereka dihiasi senyuman yang menawan, seperti tidak ada beban dalam hidupnya. Walaupun mungkin sudah menjadi rahasia umum kalau hidup mereka tidak mudah.
Gadis kecil itu menghentikan langkahnya. Wajahnya memerah mungkin karena kelelahan. Dengan sigap si perempuan dewasa berlutut di hadapannya. Mereka saling menatap tanpa suara. Samar-samar terdengar suara orang yang membicarakan mereka.
"Bu, kenapa tante itu ngomongin kita?", tanya si gadis kecil dengan kepolosannya.
Perempuan yang disapa ibu oleh gadis kecil itu hanya tersenyum. Ia mengelus kepala anaknya dengan penuh kasih. Kemudian diciuminya puncak kepala si gadis.
"Nggak apa, Ra. Jangan didengar ya... yang tau bagaimana kita kan ibu sama Ara", ucap perempuan itu lembut. "Jalan lagi, yuk..." ajaknya kemudian.
Mereka kembali menyusuri taman kota dengan bergandengan tangan. Si gadis berjalan dengan riang dan tanpa beban. Sementara itu pikiran si perempuan melayang ke lima tahun lalu. Saat ia memutuskan untuk membesarkan anak di dalam kandungannya seorang diri. Saat ia dihujat oleh semua orang bahkan keluarganya sendiri.
Namun hari ini, ia mematahkan ucapan semua orang. Anaknya tumbuh menjadi gadis kecil yang menggemaskan dan mencintai ibunya dengan tulus. Sementara iapun berproses menjadi perempuan dewasa yang tangguh. Perempuan itu adalah Jani dan Ara adalah bekal dari masa mudanya.
#Writober2020
#RBMIPJakarta
#Asa