“Kamu...”
“Ya!!!”
“Sejak kapan...”
“Sejak kapan apa?”
“Sejak kapan kamu tahu, aku Rezamu?!”
“Saat tadi kamu menyapaku” Ara meletakkan telapak
tangannya dibahu Reza “Kembalilah, Za. Setelah mendengar kisahmu, aku pun ingin
kembali. Padahal sebelumnya aku sama sepertimu, beratnya kehidupan selepas
perpisahan kita membuatku mencari jalan menuju kematian. Saat tadi pagi aku
terbangun seperti ini, aku berpikir mungkin ini jawaban atas doa-doaku tapi
bertemu denganmu lagi meruntuhkan semuanya. Kembalilah, Za. Demi anak dan
ibumu, serta aku”
Lama Reza terdiam seraya memandang kosong ke arah
Ara, kemudian ia menyanggupi permintaan tersebut “I’ll try, Ra” perlahan
bayangan Reza memudar dan lelaki diranjang itu menggerakkan jemarinya.
“Suster, suster! Anak saya sadar, suster” teriak
ibunda Reza.
“Kamu kembali, Za. Wait me ya” bisik Ara tepat
ditelinga Reza, walaupun ia tak yakin lelaki itu masih dapat mendengarnya.
Kemudian pandangannya beralih ke Lala, sepertinya gadis kecil itu dapat
merasakan kehadirannya. Didekatinya Lala dan ia berbisik “Aku calon ibumu, aku
berjanji. Tapi kumohon doakanlah agar aku dapat kembali”
Ara berjalan keluar menuju kamarnya sendiri.
Tekadnya sudah bulat untuk kembali. Dihampirinya perempuan yang merupakan
sebagian dirinya itu. Ia pandangi lekat-lekat berharap akan terjadi keajaiban.
Bagaimana
cara melakukannya? pikir Ara. Konsentrasi...
konsentrasi... Ia pejamkan matanya sedangkan mulutnya berkomat-kamit bagai
merapal mantera kembali... kembali...
konsentrasi Ara! konsentrasi...
Mohon ampun
pada Tuhanmu Ara! sebesar apapun keinginanmu untuk kembali, tetap hanya Dia-lah
yang akan mengabulkannya.
Ara kembali berkonsentrasi hingga kepalanya terasa
sangat sakit. Bibirnya mulai meracau tak jelas, tapi sekuat tenaga ia menghalau
racauannya sendiri dan berbisik sangat lirih walaupun dengan susah payah.
“Tuhan, aku tau diseparuh hidupku, aku tak pernah
lagi mengingat-Mu. Tapi aku juga tau bahwa Engkau Maha Pengampun. Maka jika
Engkau mengampuniku, aku mohon izinkanlah aku menepati janji pada gadis kecil
itu”
Tubuh Ara serasa telah dipantul-pantulkan kesegala
arah. Kesakitan menjalari seluruh tubuhnya. Dan kemudian ia bagai tersedot ke
suatu pusaran yang sangat dalam dan tak berujung. Hal terakhir yang ia ingat
hanyalah, Reza akan menikahinya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terimakasih untuk yang sudah membaca atau sekedar melihat tulisan ini.
Mari budayakan memberi apresiasi pada penulis dengan berupa sebuah komentar :)