“Mereka menyebutnya dengan koma. Tapi bagiku, ini
adalah kesempatan kedua. Mungkin bagimu juga akan begitu. Adakah masalahmu yang
belum sempat kau selesaikan, Ra?”
“Terlalu banyak masalahku, Za. Dan sepertinya tidak
akan pernah selesai”
“Jangan pesimis begitu, Ra. Seperti kataku tadi,
anggap saja ini kesempatan kedua. Aku akan membantu menyelesaikan masalahmu”
“Lalu aku akan mati, Za?”
“Aku tak tahu, Ra. Hanya Tuhan yang tahu. Tetapi
jika kau mengizinkan, aku ingin membantumu”
“Mengapa?”
“Entahlah, aku hanya ingin. Jika kamu tak mau, ya
sudah tak apa”
“Za, sekarang kita ini apa? Yang aku tau, saat ruh
meninggalkan jasadnya...”
“Mereka meninggal? Ya, seharusnya memang seperti
itu. Tetapi inilah Kuasa Tuhan, Ra. Tuhan memberikan kita kesempatan kedua,
maka pergunakanlah sebaik mungkin” sebentuk senyum tercetak di bibir Reza “Yuk”
ajaknya seraya menembus pintu salah satu bangsal kelas tiga.
Ara terdiam didepan pintu tersebut. Reza pun keluar
lagi dengan cara yang sama. Ia membaca keraguan pada raut wajah Ara.
“Kenapa tidak masuk? Oh, I’ m sorry, Ra. Aku lupa. Kamu juga bisa, pegang tanganku kita
masuk bersama”
“Kamu yakin?”
“Yeah...” Reza menggenggam jemari Ara dan kemudian
menembus pintu tadi “Bisa kan, Ra?” senyuman mengembang di bibirnya.
Dibimbingnya Ara ke salah satu dari lima ranjang yang ada di ruangan itu,
dimana terdapat seorang laki-laki yang sedang terbaring. Matanya yang terpejam
serta tubuhnya yang terlihat sangat ringkih dan selang infus yang terhubung ke pembuluh darah di lengannya. Tetapi selain itu tak terlihat tanda-tanda penyakit.
Ara terpaku menatap lelaki tersebut,
menimbang-nimbang beberapa hal seraya menatap Reza dan kemudian bertanya “It’s
you, Za?”
Reza hanya tersenyum. Tapi Ara tahu pasti, bahwa
itu adalah senyuman terpahit yang pernah ia lihat.
“Apa yang terjadi denganmu?” tanyanya.
“HIV” jawab Reza datar.
“Sudah berapa lama kamu seperti ini?” tanya Ara
seraya berusaha menutupi keterkejutannya.
“Entahlah, mungkin beberapa minggu”
“Apa rasanya?”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terimakasih untuk yang sudah membaca atau sekedar melihat tulisan ini.
Mari budayakan memberi apresiasi pada penulis dengan berupa sebuah komentar :)