22 Januari
2014
Mimpi buruk memaksa Ara untuk
terjaga dari tidurnya. Suatu mimpi dimana ia terlempar beberapa ratus meter
dari sepeda motor yang dikendarainya. Tubuhnya terhempas di trotoar berbatu
dengan kondisi menelungkup, tampak jelas disana cairan merah pekat mengalir
dari pelipis.
Ara bergidik menyadari bahwa
mungkin saja mimpi itu adalah kenyataan yang akan menimpanya. Well, itu biasa
terjadi kan? Kamu bermimpi dan mimpi itu jadi kenyataan. Ara mencubit lengannya
sendiri untuk memastikan bahwa ia hanya bermimpi. Seharusnya sakit, tapi
kenyataannya terasa sedikit pun tidak. Aneh.
Ara memutuskan untuk tidak
terlalu peduli dengan keanehan tadi, ia pikir lebih baik mencari tahu dimana ia
berada. Tempat ini juga sangat aneh serta asing, entah mengapa dibatasi dengan
tirai-tirai berwarna hijau pupus. Wait, sepertinya ini tidak asing. Bangsal
rumah sakitkah? Astaga! Jadi kecelakaan itu benar-benar terjadi. Ara menatap
nanar tubuh yang tergolek lemah di atas tempat tidur. Mirip sekali dengan diriku, pikirnya. Cairan berwarna merah pekat,
merembas dari balik perban dikepala gadis itu. Pembuluh darah ditangannya
tersambung dengan infus bercairan bening.
“INI TIDAK MUNGKIIIIIIIN”
Jeritan Ara seharusnya dapat membangunkan seisi
rumah sakit, tetapi bahkan gadis tersebut pun tidak berkutik.
“Jadi gadis itu adalah aku, lalu siapa aku ini?”
tanya Ara lirih dan lebih kepada dirinya sendiri.
“Kamu adalah dia. Dan dia adalah kamu” suara itu
terasa berat serta menyeramkan dan seperti berasal dari tempat yang jauh.
“Siapa kamu?!” teriak Ara.
“Hey, tidak perlu berteriak seperti itu...” suara
berat tadi mulai melunak. “Tenang saja, aku tak bermaksud menyakitimu” kemudian
suara tadi mulai menampakan wujudnya. Seorang laki-laki yang kelihatannya
sebaya dengan Ara.
“KAMU??? HUAAAAA ADA HANTUUUUU!!!” jerit Ara seraya
berlari meninggalkan cowok tersebut.
“Dasar aneh!” umpat laki-laki tadi “Dia kira dia
siapa, huh!”
Kemudian tiba-tiba saja ia sudah menyejajari
langkah Ara.
“Hey, berhenti! Dengar, aku bukan hantu. Aku sama
sepertimu. Percaya padaku, oke?”
“Malaikat? Kamu menemuiku untuk mengajakku pergi
kan? Aku tak mau! ” tutur Ara polos.
“Sudah kukatakan, aku sama sepertimu. Hmm... kita
belum berkenalan, aku Reza. Namamu Paramita Kusuma kan?”
“Darimana kamu tahu namaku?! Ya, tapi cukup Ara
saja” ketakutan menyergap Ara.
“Hahaha... tadi aku melihat papan nama di
ranjangmu, Ra”
“Hmmm ucapanmu tadi, apa maksudnya?”
“Aku sama sepertimu? Ya, kita berdua sama”
Ara menatap Reza dalam, masih bingung atas maksud
Reza tadi.
“Kamu tak paham ya? Ikuti aku, aku akan menjelaskan
semuanya” ajak Reza akhirnya seraya berjalan meninggalkan Ara.
“Kita mau kemana?” tanya Ara heran.
*Tulisan
ini diikut sertakan dalam give away kasihelia.com :
Gerakan Menulis #CintaiHidup
keren :p
BalasHapus*mlipir*
wuihihihi makasii :D
Hapus