Who's Following Me?

Minggu, 28 Juli 2013

When a Boy Became a Man

Kalau laki-laki sudah pasti cowok, tapi kalau cowok belum pasti laki-laki

Kata-kata itu selalu terngiang dalam benak ku. Sebuah perkataan almarhum ibu kandung ku, bertahan-tahun yang lalu. Aku memegang teguh perkataan ibu dengan tidak pernah menjalin hubungan apa pun hingga saat ini di usia ku yang sudah menginjak 23 tahun. Karena yang aku tahu, cowok tak akan pernah mengajakku menjalin hubungan yang pasti.

Tapi saat ini aku dihadapkan pada suatu kenyataan yang sebenarnya aku sukai. Menikah. Siapa sih yang tak menginginkannya? Akan tetapi lelaki yang mau memperistriku itu bukanlah laki-laki, ia hanya seorang cowok. Usianya 5 tahun lebih muda dariku dan sudah pasti ini adalah perjodohan. Tepatnya perjodohan yang dilakukan oleh ibu tiriku -yang kini menjadi orang tuaku satu-satunya, semenjak ayah meninggal-


Semua bermula ketika ibu tiriku meminjam uang dengan ayah cowok itu yang seorang rentenir. Awalnya hanya sedikit, tapi lama kelamaan hutangnya mulai menumpuk dan aku... ya aku... disalahkan olehnya karena tak mampu membayar hutang-hutangnya. Padahal aku sendiri pun tak tahu ia berhutang hingga sebanyak itu. Terlebih sejak usiaku yang ke sembilan belas, aku harus membiayai hidup kami berdua dan aku rasa penghasilanku sudah mencukupi semuanya. Tapi gaya hidup ibu -yang tidak aku ketahui- mungkin membuatnya harus meminjam uang. Yang aku tahu, hampir setiap bulan ada saja pakaiannya yang baru, sedangkan aku harus menabung dulu untuk membeli pakaian baru. Aku bukannya tidak bertanya darimana Ia mendapatkan uang untuk membelinya. Tapi Ia hanya berkata bahwa Ia mendapatkan uang tersebut dari pekerjaan paruh waktunya -yang ternyata hanya suatu kebohongan- Kemudian ayah cowok itu meminta ibu untuk menikahinya, dan hutangnya akan dianggap lunas. Jelas ibu tak mau melakukannya. Ia malah menyerahkan ku untuk dinikahinya. Tetapi ia menolak dan menyuruh anak lelaki termudanya untuk menikahiku.

Hari pernikahanku tiba. Sebuah pernikahan yang jauh dari kata indah apalagi mewah. Bukan... bukannya aku materialistis. Hanya saja ini bukanlah pernikahan yang aku inginkan. Bahkan lelaki yang aku nikahi bukanlah seseorang yang aku cintai. Terlebih dia hanya seorang cowok bukan laki-laki.

***
Aku bersikukuh pada cowok itu bahwa aku tak ingin mengandung anaknya. Aku melihat gelagatnya yang sungguh mirip dengan ayahnya. Bagaimana jika aku mengandung anaknya dan Ia meninggalkanku? Lebih baik tanpa anak, karena dengan begitu jika ia meninggalkanku, aku hanya harus kembali ke kehidupan lama ku dan mungkin akan menikah dengan seorang laki-laki. Begitu pikir ku.

Tetapi pada bulan-bulan selanjutnya cowok itu mulai menunjukkan kasihnya padaku. Hingga ditahun pertama pernikahan kami, aku dinyatakan hamil. Ketakutan akan kepergian cowok itu mulai memuncak. Takut-takut aku mengatakannya dan di luar dugaan. Cowok itu justru senang dengan kehamilanku

Di bulan-bulan pertama kehamilan ku sungguh menimbulkan masalah. Mual setiap hari kurasakan. Terlebih sebenarnya aku masih benci dengan kenyataan aku mengandung bayi seseorang yang tak aku cintai. Tetapi dengan sabar ia mendampingi.

Seiring bertambahnya usia kehamilanku, cinta dan kasihnya semakin terasa. Akan tetapi aku masih belum bisa sepenuhnya percaya dengan cowok itu. Bayangan akan kebengisan ayahnya masih melekat di pikiranku. 

Bayiku lahir tepat pada waktunya. 9 bulan 10 hari. Seorang bayi lelaki yang sangat tampan. Namun bahkan menatapnya pun aku tak mampu. Menatapnya mengingatkan ku akan ayah cowok itu yang membuat semua ini terjadi. Tetapi kemudian cowok itu meletakkan bayi lelaki tersebut di bagian dadaku sesuai perintah bidan. Untuk melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) katanya. 

Bayi lelaki itu menyusu dengan lahap. Dan aku tak kuasa untuk menitikkan air mata. Bulir air mataku meluruhkan darah yang melengket di rambutnya. Cowok itu mendekati kami, dan menatapku lembut.

"Kak, aku tahu kakak tak akan pernah mencintaiku. Walaupun sebetulnya sejak dari pertama kita bertemu aku telah jatuh cinta denganmu, kak. Tapi aku minta kakak harus mencintai bayi ini" ujarnya lembut.

Aku mengalihkan pandanganku dari si bayi dan menatap cowok itu.

"Aku mencintai bayi ini. Dan dirimu... Ya, aku mencintaimu suamiku" kataku lembut.

Butiran air mata jatuh di pipi ku. Ia juga menitikkan air mata. Di kecupnya pipiku dengan mesra. Air mata kami melebur, seiring dengan hati kami yang juga melebur menjadi satu.

"Terima kasih" bisiknya.


Bu, aku masih memegang perkataanmu. Terlebih aku malah membantu seorang cowok berproses menjadi seorang laki-laki

25 komentar :

  1. Widiw! Tulisan yang menyentuh hati :'D btw, ini serius? :O Keren!

    BalasHapus
    Balasan
    1. fiksi kak :) diilhami perkataan seorang teman

      Hapus
  2. nyentuh banget cerpennya...
    folback ye :)

    BalasHapus
  3. Wanita yang mulia sekali. Wanita hebat.
    thumbs up!

    BalasHapus
  4. wanita hebat!,, tulisannya nyentuh banget

    BalasHapus
  5. keren banget!! *prokprok ditunggu folbbacknya yaah? :D

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. kak ini sifatnya fiktif atau fakta? kebetulan aku mau buat cerbung gitu di blog...
    cerita kamu bagus kak, kalo fakta, wah ini wah banget yang dikehidupan nyata.

    BalasHapus
  8. oya, blok kamu bagus kak, pengen nih punya blog kaya kamu enak di liat. tapi ada nuansa pink nya-_- gue kan laki*bukancowoklohya. hehehe
    follbak yah, tolong:) terimakasih...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. dapet template blog ini dari komunitas blogger tempat saya bernaung (www.kancutkeblenger.com) kalau mau bisa gabung dulu di komunitasnya :) untuk warna ada beberapa warna kok

      Hapus
  9. gue lagi proses become a man juga. pendewasaan seorang laki2, masa berat dgn segala problemanya #tsaah :p

    BalasHapus
  10. gua nangkepnya si cewek yang menjadi wanita dewasa, pengertian. Bukan cowoknya. 'like father like son' pribahasa itu ga berlaku universal, banyak yang mungkin saling berbeda ideologi dengan ayahnya jadi ga mirip. Bagus cerpennya.
    Color fontnya pink ga keliatan. Bisa bikin sakit mata lama-lama :"

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasii sahil :) iya nanti fontnya diganti, masih ngeraba-raba nih pake template KK hehe

      Hapus
  11. Balasan
    1. makasiii :) manis kayak authornya ya? hihihi

      Hapus

Terimakasih untuk yang sudah membaca atau sekedar melihat tulisan ini.

Mari budayakan memberi apresiasi pada penulis dengan berupa sebuah komentar :)