Who's Following Me?

Jumat, 22 November 2013

Inikah Kesetiaan Itu?

source


Prolog

“Seratus tiga koma delapan, er-er -ge, Radionya Remaja Gaul!!!” terdengar jingle radio gue dari speaker, tanda waktu siaran gue tiba.
“Hello, everybody. Ketemu lagi sama gue, Vanya. Di Love Story at  er-er-ge, Radionya Remaja Gaul” gue memulai siaran.
“Selama satu jam ke depan, gue bakal ngebahas topik yang udah gak asing lagi nih di lingkungan kita. Kesetiaan! Seperti biasa, bakal ada yang curhat juga. Dan sekarang kita udah tersambung sama penelepon pertama. Halo?”
“Ya?” jawab cewek di seberang sana.
“Kenalin dong nama lo!” pinta gue.
“Hmmm kalian bisa panggil gue, Citra”
“Oke Citra, bisa dimulai cerita lo?”
“Yap”



***
               
                Nama gue Citra, mahasiswi psikologi yang kata orang-orang cantik banget. Selain di anugerahi kecantikan, gue juga dipercaya oleh Tuhan untuk mendapatkan pasangan yang seimbang. Dave namanya. Anak psikologi juga dengan tampang yang gampang banget bikin cewek ngiler, dan… dan… senyumnya itu lho dahsyat banget!  Kami udah jadian sekitar dua taunanlah, dan dua bulan yang lalu Dave ngelamar gue! Harusnya besok adalah hari pernikahan kami. Namun, sekitar dua minggu yang lalu petaka itu datang.
                Ini dimulai ketika mama Dave menyuruhku untuk melakukan Check Up. Gue merasa nggak pernah sakit apa-apa, ya jadi dengan santainya hari itu juga gue langsung melenggang ke rumah sakit. Gue lakukan semua tes, ntahlah tes apa saja yang dilakukan. Yang jelas banyak sekali, seperti yang diminta oleh mama Dave. Selesai melakukan semua tes itu, gue duduk disalah satu kursi yang ada di lobby rumah sakit ini. Seorang suster menepuk bahuku.
                “Mbak Citra ya?” tanyanya.
                “Iya, ada apa ya sus?”
                “Hasil check upnya belum bisa keluar sekarang, nanti kalau sudah keluar kami kabari”
                “Oh oke oke”
                “Boleh saya minta nomor teleponnya?”
                Gue menyebutkan sederet angka.
                “Terima kasih, nanti saya kabari ya. Mari Mbak, saya permisi dulu.

Seminggu kemudian…….

                “Something has changed within me. Something is not the same……….” Sebuah lagu klasik terdengar dari ponselku, penanda bahwa ada panggilan masuk. Gue melihat sepintas nomornya. Gue nggak kenal nomor itu. Penasaran membuatku ingin menjawabnya, maka gue menekan tombol jawab.
                “Selamat siang, bisa bicara dengan Bu Citra?” suara seorang lelaki terdengar disana.
                “Ya, saya sendiri. Maaf ini dari mana ya?
                “Dari rumah sakit, Bu”
                “Oh iya iya, ada apa ya Pak?”
                “Saya cuma mau kasih tau aja, kalau hasil check up Ibu sudah keluar. Nanti sore bisa diambil, sekalian konsultasi dengan dokter”
                “Oh oke, nanti sore saya kesana”
                “Baik, Bu. Selamat siang”
                “Siang”


***
               
                Ntah sudah berapa banyak air mata yang menetes. Ntah sudah berapa kali gue berteriak. Ntah sudah berapa kali gue sesegukan.
                “Nggak mungkin, Dok. Gak mungkin” air mata gue mengalir ke pipi.
                “Kamu harus bisa menerimanya, Cit. Ini takdirmu. Percayalah dibalik suatu kesulitan, pasti ada kemudahan”
                “Iya, Dok. Saya tau. Tapi kenapa gitu lho saya bisa kena? Padahal melahirkan aja belum pernah”
                “Faktor keturunan. Ibumu dulu  juga menderita kanker rahim”
                “Apa? Ibu kena kanker rahim?”
                “Lho kamu memang tidak tau?” dokter itu sedikit heran.
                Gue menggelengkan kepala “Nggak, Dok. Saya nggak tau”
                Dokter itu tersenyum “Hmmm sekarang gini aja, kamu pulang dan istirahat, obatnya jangan lupa diminum”
                Gue menganggukan kepala, bangkit dari kursi dan melangkah gontai menuju tempat parkir. Melangkahkan kaki menuju mobil gue. Mungkin ini terakhir kalinya gue bisa bawa mobil, pikirku miris.
                Keesokan harinya, gue telah melangkahkan kaki di koridor kampus. Dengan seulas senyum palsu, gue membalas sapaan beberapa orang. Tujuanku —kelas Dave— hanya berjarak beberapa meter lagi, namun gue menghentikan langkah. Kenapa dia harus tau? kataku dalam hati.  Jadi gue mengurungkan niat untuk memberi taunya dan berbalik menuju kelas.

***

                Satnight. Tadi Dave mengajakku pergi bersama teman-temannya. Namun, gue menolak dengan beralasan bahwa sedang lelah. Tapi itu nggak sepenuhnya bener. Oke, gue emang lelah banget. Dan… dan… gue lagi kepengen sendirian aja. Menikmati masa-masa terakhir gue.
                Gue memarkirkan mobil di depan salah satu café ternama di Jakarta. Sebenernya gue sering banget kesini sama Dave. Tapi ntah kenapa hari ini, gue pengen aja kesini sendiri. Gue menempati salah satu meja yang berada di taman. Tanpa memesan apa pun. Hanya merenungi kehidupanku yang tinggal sebentar lagi ini. Gue berdo’a kepada-Nya. Gue berserah diri. Gue memejamkan mata beberapa menit. Saat gue membuka mata, pemandangan itu terpampang dengan jelasnya. DAVE SEDANG BERCIUMAN MESRA DENGAN SEORANG CEWEK!!! Dan gue tau banget, siapa cewek itu. Ratih, musuh bebuyutan gue!
                Gue berjalan menghampiri mereka.
                “Dave” gue menepuk bahu Dave. Dave berbalik.
                “Kok kamu disini?” dave terlihat kaget.
                “Kamu yang ngapain disini sama tu cewek?” gue menuding Ratih.
                “Ini gak seperti yang kamu kira, Cit”
                “Halah! Udah jelas aku liat kamu cipokan sama dia!” kataku berang.
                “Mulai sekarang kita putus!” gue mendorong keras tubuh Dave. Gue berlari menuju mobil.

***

Epilog

                “pacarku cintailah aku seperti aku cinta kamu tapi kamu kok selingkuh” sebuah lagu dari Kangen Band mengakhiri uraian panjang Citra.
                “Oke, ternyata curhatnya Citra sampe sejam kurang. Berarti cuma dia penelepon kita malam ini. Seperti biasa, ada sebuah quotes yang akan gue berikan malam ini. Hubungan yang dilandasi dengan kesetiaan dan keterbukaan, pada nantinya akan berakhir dengan manis. Sementara bila sebaliknya, akan berakhir pahit”
                Jingle Radio sudah menggantikan suara gue. Gue merapihkan tas, dan turun ke lantai satu. Tadi Rico telah mengirimkan pesan singkat, bahwa ia telah sampai. Memang setiap gue siaran malem, pacar gue ini selalu anter gue pulang.
                Gue keluar dari pintu. Dan… dan… gue melihat Rico lagi ciuman sama Mbak Ratna, senior gue! Sekarang gue tau, apa yang dirasain sama Citra waktu itu. Gue menghampiri mereka. PLAK!!! Satu tamparan mendarat di wajah Rico.
                “Kita putus!” gue mengambil kunci mobil dari tangannya dan melangkah pergi.



11 komentar :

  1. Nyentuuh banget ceritanya, .sampe2 pengen nangis. T_T

    BalasHapus
  2. duhh si vanka udah ngomong2 soal kesetiaan nih sekarang :p

    BalasHapus
  3. cie yang ngomongin kesetia.. dulu pas jadi maba eh sekarang juga maba sihh (mahasiswa basi) dosen gue pernah cerita di depan kelas kalo ada mahasiwanya yang patah hati terus mahasiswanya cerita ke dosen gua. dia cerita kalo dia di selingkuhin pacarnya. gak tau kejadiannya gimana pokoknya tuh bu dosen tau aja cewek selingkuhan pacarnya yang curhat tadi. si dosen hanya bilang "pantas di selingkuhin, dia lebih modis dan banyak duit dari kamu" dari cerita dosen gua seakan kesetiaan hanya ber kedok harta dan penampilan..

    BalasHapus
  4. twist diakhirnya bagus banget, pas gitu :))
    meskipun pas gua baru baca sampe turun tangga udah ketebak duluan

    BalasHapus

Terimakasih untuk yang sudah membaca atau sekedar melihat tulisan ini.

Mari budayakan memberi apresiasi pada penulis dengan berupa sebuah komentar :)