Who's Following Me?

Rabu, 04 Februari 2015

Hanya Dapat Memandangmu

Untuk Kamu,

Sore itu -satu tahun yang lalu- hujan membasahi bumi dan aku menemukanmu duduk di salah satu sudut cafe favoritku. Dari tempat aku memandangi tampannya wajahmu (di samping kiri mejamu, btw) tampak rona bahagia yang tak terhingga. Terus aku pandangi wajah tampanmu itu, tanpa berharap kamu menolehkan wajah dan melihatku juga. Dan beruntung aku tak berharap, karna sampai tiba waktunya aku untuk pergi, kamu tak juga menoleh ke arahku.

Hari - hari berikutnya kita selalu bertemu walau masih dalam posisi yang sama. Hingga suatu hari aku mendapati rona bahagia di wajahmu itu menghilang. Muram sekali wajahmu kala itu. Aku bertanya - tanya apa yang terjadi padamu. Tapi pertanyaan - pertanyaan itu hanya kutelan sendiri, masih tak berani menghampirimu dan sekedar berkata "Halo" seraya menjabat tanganmu (yang kekar itu, btw) erat.

Setelah hari aku melihat kamu dan wajah murammu, kamu menghilang tanpa jejak. Tak ada lagi pertemuan - pertemuan denganmu di cafe favoritku itu. Dan aku mulai merasakan apa yang mereka sebut :Patah Hati. 

Satu tahun telah berlalu, kini aku adalah seorang asisten pribadi yang harus mengikuti kemana pun Bos nya pergi. Track record percintaanku cukup baik, walau sudah beberapa bulan aku tak memiliki hubungan dengan siapa pun. Tapi setidaknya aku merasa sudah move on dari kamu.

Dan sore tadi, Bos mengadakan meeting dengan rekannya di cafe favoritku (dulu). Sudah lama sejak peristiwa itu terjadi dan boleh jujur aku masih saja malas datang lagi kesana. Ntahlah mungkin aku takut pertahanan diriku runtuh atau mungkin sebenarnya 'sudah move on' hanyalah perasaanku saja.

Kami sampai disana jauh sebelum rekan Bosku datang. Sudah menjadi kebiasaannya, untuk datang sebelum peserta meeting lain datang. Bosku memilih untuk duduk di tempat favoritmu itu. Lima belas menit kemudian rekan Bosku datang. Ia memperkenalkan aku dan rekannya itu. Rangga.

Aku berusaha menutupi keterkejutanku. Ya Rangga, kamulah lelaki itu. Lelaki yang dulu sering ku pandangi berlama - lama wajah indahnya. Lelaki yang hingga sekarang pun tak sadar pernah aku pandangi berlama - lama.

Tak berani aku mengungkapkan ini semua padamu, Rangga. Dan hanya pada surat ini (yang aku yakin tak akan kamu baca) aku berani mengungkapnya.



Seseorang yang menikmati saat - saat memandang wajahmu.
Nka


2 komentar :

Terimakasih untuk yang sudah membaca atau sekedar melihat tulisan ini.

Mari budayakan memberi apresiasi pada penulis dengan berupa sebuah komentar :)