Who's Following Me?

Sabtu, 25 Juni 2011

Cinta 100 Hari

Dika dan Dilla. Bersahabat sejak kecil menjadikan mereka bagaikan surat dan perangko. Dimana ada Dika, disana pasti ada Dilla. Begitu pun sebaliknya, dimana ada Dilla, sudah bisa dipastikan disana juga ada Dika. Mereka selalu bersama, pergi bersama, sekolah di sekolah yang sama serta kelas yang sama. Sampai ketika kuliah pun mereka memilih universi...tas yang sama, pun begitu dengan jurusannya. Dan tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka saling cinta. Hanya saja tak satu pun dari mereka berani mengungkapkannya.



Siang itu, seperti biasa mereka sedang mengobrol di taman gedung fakultas.



“Dilla, tau gak persamaan gue sama lo?”



“Taulah Dikaaaa….. lo sama gue kan udah sahabatan lama banget”



“Apaan?”



“Lo juga bisa jawab kali”



“Ya emang, tapi gue pengen tau dari sisi elo”



“Yaudah, nih ya gue kasih tau. Pasang telinga lebar-lebar, kalo perlu lo catet deh Dik”, sahut Dilla seraya tertawa.



“Pertama, umur. Kedua, hobi. Ketiga, sekolah sama kuliah. Keempat, sifat. Udah ah, kalo gue semuanya mah sehari juga gak bakal cukup Dik”



“Eh ada yang kurang tau, Dill”



“Apaan lagi?



“Sama-sama free”



“Maksud lo, Dik?”



“Ya free, gak ada pacar maksud gue”, jelas Dika



“Eits, enak aja. Itu mah elo kali Dik, kalo gue mah punya lagi….”, ujar Dilla membela dirinya.



“Siapa? Reno? Dia tau ada lo aja, belom tentu. Apalagi pacaran sama lo”



“Iiiih…jahat bener sih. Kan boleh aja ngarep”



“Eh Dill, gue boleh ngomong sesuatu gak?”



“Ya ngomong aja”



“Tapi lo jangan ngetawain gue yaa…”



“Iya, udah buruan deh kalo mau ngomong”



“Dilla, gue udah bosen nih jadi jomblo”



“Yeee… itu mah DL –derita lo,red.–. Hahahaha”, sahut Dilla seraya tertawa.
...



“Aaaaah… lo mah gitu, katanya gak bakal ketawa?” Dika pura-pura ngambek.



“Ya maaf deh. Yaudahlah lo cari cewek Dik. Jangan sama gue terus. Gampang kan?



“Ngomongnya sih gampang. Kenyataannya? Mana ada yang mau sama gue?”



“Aaaah jangan gitu dong. Masih ada kok yang mau sama lo, Dik”



“Siapa? Siapa?” tanya Dika dengan antusiasnya.



“ Mbok Jum! Hahahaha”



“Rese lo Dill. Gue kira beneran. Eh taunya pembantu lo”



“Dik, lama-lama gue juga kayaknya…”



“Dill, mau gak…”



“Lo dulu deh Dill”



“Lo aja”



“Ooooo tidak bisaaa. Ladies first”



“Yaudah. Jadi ya gitu deh, gue juga kayaknya udah bosen nih jadi jomblowati. Sekarang giliran lo, Dik”



“Hmmm… gimana ya? gue kok jadi bingung ngomongnya”



“Yailah, tinggal ngomong aja apa susahnya sih? Jadi lo mau ngomong apa nih?”



“Kita kan sama-sama jomblo nih. Sementara temen-temen yang lain udah pada punya
gandengan masing-masing”



"Terus kenapa?”, tanya Dilla



“Mau gak kalo kita, main drama romantis selama 100 hari ke depan?”


“Maksud lo, Dik?”



“Ya seolah-olah kita pacaran gitu. Just for fun aja, Dill”



“Hmmm… gimana ya? boleh juga sih. Tapi kan lo tau gue lagi ngincer Reno”



“Ya nanti kalo, lo sama Reno bener-bener jadian ya kita putus aja. Lagian lo kan juga tau kalo gue PDKT sama Lidya”



“Oh begitu ya? yaudah, gue mau deh. Tapi ada syaratnya”



“Apaan? Pasti gue turutin deh”



“Pertama, kita tetep pake lo-gue. Kedua, kalo lagi di kampus nggak ada panggilan dengan‘sayang’, ‘cinta’, sama sejenisnyalah. Ketiga, walaupun ini cuma just for fun, tapi lo harus perlakuin gue sebagaimana lo perlakuin pacar lo”



“Udah? Itu doang Dill?”



“Iya. Gampangkan?”



“Bukannya gampang lagi itu mah. Kalo cuma gitu doang sih kecil, Dilla. Gue kirain tuh syarat lo apa gitu, eh taunya beginian doang”



“Berarti mulai detik ini kita resmi jadian ya.”



“Iya dong Dill”



Dan akhirnya mereka pun resmi menjadi sepasang kekasih. Pada hari itu mereka berjanji bahwa hanya akan terjadi selama 100 hari saja. Sepulang kuliah mereka melakukan kencan pertama, layaknya sepasang kekasih. Setelahnya mereka tak langsung pulang, mereka menikmati bintang-bintang yang berkelap kelip, dan kini telah menjadi saksi cinta mereka berdua.





Hari ke-30

Tak terasa, sudah genap satu bulan hubungan itu terbina dengan indahnya. Cinta mereka semakin menyatu. Tetapi tak seorang pun diantara mereka yang tau bahwa sebenernya mereka saling cinta. Jalan berdua di malam minggu, mengerjakan tugas bersama, makan bersama adalah secuil dari kegiatan mereka. Mereka sepakat untuk merayakan hubungan ini dengan makan malam romantis di salah satu café ternama di Jakarta.


Malam itu, Dika menjemput Dilla di rumahnya. Lalu mereka pun segera pergi. Tak lupa sebelumnya Dika memperkenalkan diri kepada orang tua Dilla. Dilla memperkenalkan Dika sebagai kekasihnya. Alangkah senangnya hati Dika, tetapi sayangnya Dilla tak mengetahui itu.





Hari ke 60,

Dua bulan telah terlewati, mereka kembali merayakankannya. Perasaan mer...eka masih sama. Namun, belum ada diantara mereka yang berani mengungkapkannya.





Hari ke 90,

Bulan ketiga telah terlampaui, tetapi keadaan masih tetap sama. Perasaan kedua anak manusia yang sama dan ketidakberanian untuk mengungkapkan isi hati.





Hari ke-97

Hari itu mereka membolos bersama dan jalan-jalan di Mall seharian. Makan, nonton, dan keluar masuk toko demi memuaskan mata. Mereka menutup hari itu dengan menatap bintang-bintang di area parkir teratas seraya memflashback seluruh kebersamaan mereka selama sembilan puluh tujuh hari.





Hari ke-100

Tanpa mereka sadari, tekad mereka hari ini sama.



Hari ini gue harus nyatain perasaan gue ke Dilla, masa udah 100 hari pacaran tapinya dia gak tau perasaan gue, batin Dika berkata.



Gue harus kasih tau yang sebenarnya ke Dika, kali ini batin Dilla yang berkata.



Mereka merayakan hari ke 100 itu dengan pergi berdua ke Bogor.



“Dika, gue kesana sebentar ya… mau beli minum. Lo mau titip apa, Dik?”



“Sini biar gue aja yang beli, lo mau apa Dill?”



“Lo kan udah nyetir jauh, Dik. Lo pasti capek kan? Udah gapapa gue aja yang beli. Lo mau titip apa?”



“Yaudah terserah lo aja deh, gue titip Fruit Tea ya.”



“Oke”



“Hati-hati ya pas nyebrang, mobilnya pada kenceng-kenceng banget”


“Siplah, Say”



Dilla pun berjalan ke seberang jalan untuk membeli minuman. Namun, tepat ketika ia akan kembali ke tempat Dika berada, peristiwa itu terjadi. Sebuah mobil berkecepatan tinggi, menabrak tubuh Dilla. Kemudian tubuhnya terpental dan jatuh di ke jalanan. Mobil itu langsung menghilang secepat kilat. Dengan kesadaran yang... mulai melemah, sayup-sayup telinganya mendengar suara teriakan.



“TABRAK LARI WOY!!!! TABRAK LARI!!!




Dika tidak melihat peristiwa tragis itu. Tetapi ia mendengar suara teriakan tadi. Ia berbalik badan dan melihat kerumunan orang di tengah jalan raya. Segera ia berlari menerobos kerumunan itu. Dan menemukan bahwa korbannya adalah Dilla. Dengan segera dia melarikan Dilla ke rumah sakit terdekat. Namun semua telah terlambat ,dalam perjalanan menuju rumah sakit, Dilla menghembuskan nafas terakhirnya.







Keesokkan harinya, setelah jenazah Dilla dimakamkan, Dika membuka surat yang ia temukan di saku kemeja Dilla. Di amplopnya tertulis “To : Dika”



Dear Dika,

Hari ini adalah hari ke 100 kita menjalin hubungan ini. Banyak hal-hal indah yang gue alami selama bersama lo, Dik. Yang kalo gue sebutin satu-satu, bisa-bisa lo baca surat ini sampe berhari-hari.



Dika,

Gue gak tau harus mulai ngomong darimana, mungkin ini aneh atau gimana gitu. Tapi jujur gue seneng banget bisa ada hubungan sama lo, walaupun pacaran kita ini cuma permainan semata.



Sekali lagi gue seneng banget karena bisa melalui 100 hari ini sama lo. Karena gue sebenernya itu sayang sama lo. Tapi sayangnya bukan sebatas teman. Bisa di bilang gue CINTA sama lo, Dika. Ini sebenernya udah gue rasain lama banget. Tapi gue nggak ada keberanian buat ngungkapinnya.



Seketika itu juga air matanya jatuh membasahi pipi. Gue juga cinta sama lo Dilla, kali ini bukan hanya dengan matanya saja ia menangis namun juga dengan hatinya.





Berbulan-bulan kemudian,




“Ayo say, cepetan katanya mau ke makam Dilla”, ajak Lydia



“Iya bentar, Lyd”



Beberapa bulan kemudian, akhirnya Dika berpacaran dengan gadis yang selalu dikejar-kejarnya, Lidya. Namun Dilla, tetap mendapat bagian di hatinya. Lidya mengetahuinya dan memaklumi itu, bahkan ia selalu menyempatkan diri untuk menemani Dika berziarah ke makam mantan kekasihya itu.









Nyatakanlah cintamu sesegera mungkin, jangan sampai kau menyesal di kemudian hari - vanka pramudita

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih untuk yang sudah membaca atau sekedar melihat tulisan ini.

Mari budayakan memberi apresiasi pada penulis dengan berupa sebuah komentar :)